Agar terlihat seperti tetangga yang baik dan punya itikad mau berkenalan, Nora ingin membawakan makanan untuk unit sebrangnya. Nora dan Elle membawa 2 box donat Jco yang dibawa masing-masing 1 box.
“Pencetin bellnya, Nor,” suruh Elle yang sudah duluan didepan unit sebrang dengan 1 box donat jco ditangan-Nya.
“Lo aja, Le. Takut beneran Om-Om deh gue.” Nora bergedik ngeri, pasalnya dulu Ia pernah bertetangga dengan Om-om yang suka mabuk. Itu sangat menganggu ketenangannya untuk beristirahat.
Elle tertawa menepuk pundak Nora refleks, Ia memang suka menepuk segala hal yang ada disampingnya saat tertawa. Menyebalkan, namun Nora sudah terbiasa dan memaklumi sejak awal berteman dimasa remaja SMA.
“Nih, pegang dulu.” Elle menaruh box donat yang Ia pegang diatas box yang Nora pegang. Elle memencet bell sekali namun tidak ada respon.
“Tidur kali orangnya, balik aja yuk takut ganggu, Le.”
“Nggak mungkin jam segini tidur, tunggu sebentar.” Elle masih memencet bellnya berulang kali. Entahlah, nanti Ia akan kena imbasnya karna menganggu kehidupan orang lain.
“Halo! Ada orang nggak?!” Ella berteriak mengedor-gedor pintu apart tersebut.
“Udah, Le. Orangnya nggak ada, balik aja ayo,” bujuk Nora agar Elle berhenti mengetuk pintu tetangganya. Kalau tetangganya mengira bahwa Ia yang mengedor pintunya, sudah hilang citranya.
Elle menghela nafasnya, “Yok, cabut aja.”
Saat mereka berbalik badan ada suara pintu terbuka. “Ada apa, ya?” tanya pemuda itu.
Nora dan Elle langsung berbalik badan. “Nah, ini dia!” seru Elle saat mendengar suara dari balik pintu. “Loh? Gafa??!”
Nora membelalakan mata, sama kagetnya dengan Elle dan Gafa. Ternyata yang menjadi tetangganya bukan Om-om, melainkan Gafabel. Seseorang yang baru belakangan ini bekerja sama dengannya, sungguh dunia ini sangat sempit menurut Nora.
“Nora? Pindahan kesini?” tanya Gafa linglung, Ia kira yang mengetuk pintu unitnya adalah orang iseng, atau macam-macam setan seperti yang Thea bilang.
“Iya, nih. Baru tadi pindahan,” jawabnya canggung.
Gafa mengangguk ber-oh ria, Ia melirik Elle yang diam membatu menatap dirinya.
Nora yang menyadari itu menyenggol pundak Elle. “Hehehe, temen gue, Gaf. Dia diunit bawah kok.”
“Oh…” Gafa masih bingung atas kedatangan Nora yang tiba-tiba dengan membawa donat box Jco ditangan-Nya.
“Oh, iya. Ini gue bawa Jco buat lo sebagai tanda pertetanggan kita.” Nora memberikan 2 box tersebut ke Gafa.
“Waduh, kebanyakan, Nor. Di apart gue nggak ada yang makan.”
“Ambil aja gap—“
“Gapapa, Gaf. Nora katanya udah kenyang kok tadi makan sebox,” tungkas Elle lalu tersenyum lebar.
“Jangan ngadi-ngadi, Le,” bisik Nora mencubit pinggang Elle.
“Tuh, kata dia gapapa kok, Gaf,” sambungnya.
Gafa melirik keduanya bingung. “Gapapa, nih?”
“Iya, gapapa kok.”
“Gapapa, Gaf.”
Gafa terkekeh lalu menerima 2 box Jco tersebut. “Makasih banyak, ya, Nor.”
“Iya, sama-sama. Maaf ya tadi Elle ketuk pintunya kekencengan, keknya lo ke ganggu.”
Gafa mengaruk tengkuknya canggung, “Nggak kok, tadi gue emang lagi diruang musik, jadi nggak kedengeran.” Gafa mencari alasan supaya Nora tidak merasa tidak enak. Padahal Ia sebenarnya ketakutan mengira itu setan seperti kata Thea.
“Oh… yaudah deh, gue balik ya, Gaf,” pamit Nora menarik Elle yang masih tersenyum lebar didepan Gafa.
“Eh, Nor. Boleh tukeran nomor nggak? Siapa tau gue atau lo ada urgent bisa saling bantu.” Alasan, Gafa sebenarnya ingin mempunyai kontak Nora untuk maksud lain, pdkt misalnya.
“Oh, iya. Boleh kok.”
Gafa mengasih handphone miliknya dan begitu juga dengan Nora. Mereka mengetik nomor telepon masing-masing, sedangkan yang dilakukan Elle masih dengan memandangi ketampanan lelaki didepannya.
“Nah, udah nih.” Nora mengembalikan handphone milik Gafa, dan Gafa juga melakukan hal yang sama.
“Thank you, ya sekali lagi. Maaf ngerepotin,” ucap Gafa.
“Nggak, kok. Gue juga nanti siapa tau butuh bantuan lo.”
“Yuk, cabut. Duluan ya, Gaf.” Nora berdadah-dadah ria sambil menarik Elle kembali.
Gafa mengasih jempol, lalu ikut masuk ke dalam unitnya saat melihat tidak ada bayang-bayang gadis itu lagi.
Ia menutup pintu apartnya rapat-rapat, memastikan terkunci aman. Lalu mengepal tangan di udara seraya berkata, “YES, YES, YES. Dunia memang lagi berpihak ke gue deh, makan apa gue semalem bisa dapet tetangganya Nora langsung, bukan makhluk goib lagi.”