SURPRISE
Langkah kecil gadis itu menyelusuri sebuah hotel yang akan diadakan acara pertunangan. Sebenarnya ia sudah cukup lelah karena harus mengurusi semuanya sendiri, sekarang ditambah harus mencari Gafa, sang calon tunangan yang entah hilang kemana.
Sampailah Nora ke lantai paling atas dengan nafas yang tidak beraturan kerena panik yang menyerangnya. Pertama kali yang ia lihat adalah ruangan yang cukup gelap gulita tanpa adanya penerangan lampu sedikit pun. Pikir Nora Bar ini mungkin sudah tidak di operasikan seperti dulu, Nora hendak untuk balik ke lantai bawah. Namun tiba-tiba lampu menerangi lantai dengan bunga-bunga yang bertaburan menuntunnya untuk mengikuti arah tujuan dan disertai lagu melodi romansa.
Batinnya berkata Sial, ini gue dikerjain?
Nora menghela nafasnya pelan lalu mengikuti lampu serta bunga yang menuntunnya sampai ke tujuan. Dan ternyata benar saja, ini adalah kerjaannya Gafa. Ia berdiri di samping meja seraya memengang buket bunga merah serta kotak yang berisi kalung.
“Ini ada apa?” tanya Nora berbisik saat sudah mau mendekati sang pria.
“Di suruh papa sama ayah,” katanya tanpa bersuara dengan cepat. Nora yang tidak dapat mencerna apa yang barusan Gafa bilang mengernyitkan alisnya kebingungan.
Saat kaki Nora sudah berada tepat di depan Gafa, segera pria tersebut memeluknya dengan erat. Nora yang merasa risih berusaha keras untuk melepaskan dirinya dari pelukan ini.
“Ada orang tua kita di sini. Diem-diem aja ikutin alurnya.”
Nora kaget refleks membalas pelukan Gafa dengan erat. “Kamu ngapain sih repot-repot gini…” ucap Nora yang sudah memulai aktingnya.
Gafa terkekeh dengan respon Nora, lalu melepaskan pelukannya mengasih bunga yang ia pegang tadi, “Gapapa kok. Ini buat kamu.”
Nora menerima buket bunga besar itu dengan senyuman sedikit terpaksa. Tangan Gafa mengeluarkan kalung berwarna emas di dalam kotak penyimpanan. Lalu menatap Nora untuk meminta izin memakaikannya kalung tersebut dan Nora mengiyakannya.
Jemari besarnya menyingkirkan sedikit rambut Nora yang menutupi matanya untuk mengaitkan kalung tersebut. Kepala Gafa sedikit maju untuk melihat sudah terkait atau belum. Bahkan deru nafas dari pria tersebut menyapu pundak putih Nora yang dapat membuatnya merinding dan refleks menahan nafasnya.
“Udah,” ujarnya tersenyum saat sudah berhasil mengaitkan kalung.
“Thank you.”
Tiba-tiba melodi lagu berhenti, lampu mulai menyala dan suara tepuk tangan mengisi ruangan ini cukup meriah.
“Selamat ya kalian! Akhirnya akan bertunangan esok,” ucap Gibran yang duduk di kursi roda dibelakangi oleh Gilang, ayah dari Gafabel.
“PAPAA!!?? Bukannya Papa check up hari ini??” tanya Nora menghampiri sang papa duduk menyamakan.
“Udah pulang, Clau…” Gibran mengacak rambut Nora gemas.
Gilang tersenyum melihat interaksi antara anak dan papanya. Lalu langkahnya menghampiri sang putra sulungnya dan memberikan tepukan pundak. “Dijaga ya? Putri satu-satu tuh.”
Gafa tertawa kecil karena merasa diremehkan. Padahal perasaan ini sudah menjadi nyata dari dulu sebelum dikenalkan oleh keluarga. “Iya, pasti,” katanya dengan rasa penuh percaya diri.