Picnic Date.

Cuaca di sore hari ini tidak terlalu buruk, cukup cerah untuk bisa berpiknik. First date kali ini Jergas mengusulkan untuk pergi ke Situ Patenggang, Bandung.

Kenapa harus Bandung? Karena daerah yang cocok untuk berpiknik cuma ada di Bandung, pikir seorang pria itu. Walaupun jarak yang ditempuh dari Jakarta ke Bandung relatif jauh, ke manapun perginya jika ada Salsa disampingnya, tidak terasa waktu terus berlalu.

Perjalanan kali ini tidak memakan banyak waktu, karena ini hari weekday. Tidak terlalu banyak mobil berlalu lalang.

Jergas memegang tas yang berisi cemilan dan minuman. Sedangkan Salsa membawa bunga pemberian dari Jergas, serta tas keranjang rotan yang berisi pizza dan donat.

Setelah menemukan tempat yang cocok untuk melihat pemandangan indah Bandung. Mereka merapikan tempat untuk mengelar kain merah hitam sebagai alas untuk duduk.

Mereka bertukar obrolan satu sama lain. Dari yang bercanda hingga deeptalk bersama. Merasa bosan hanya duduk sambil memakan cemilan dan menonton film Disney selama 2 jam, Jergas mengajaknya untuk menaiki sebuah perahu yang ada di tepi danau.

“Kamu duduk di depan, biar aku yang dayung,” pinta pria tersebut seraya mengambil tongkat dayung yang ada disamping perahu.

Salsa mengikuti perintah sang kekasih, dan duduk di depannya. Jergas mulai mendayungkan tongkatnya ke dalam air, dan perahu tersebut berlayar di danau luas.

Angin berhembus dengan tenang, membuat rambut sang gadis itu berterbangan. Jergas yang berada dibelakangnya pun dapat mencium aroma Vanilla dari rambut pacarnya.

“Seneng ngga hari ini?” tanya Jergas membuka obrolan.

“Seneng!! Seneng banget malah bisa habisin waktu bareng kamu,” seru gadis itu.

Jergas tertawa kecil saat mendengar respon Salsa yang selalu excited saat berbicara dengan dirinya.

“Kok berhenti, Jer?” tanya Salsa bingung saat Jergas tidak lagi mendayungkan tongkatnya.

“Sengaja, aku mau liat pemandangan dari sini,” balasnya melihat disekitarnya terdapat pohon-pohon rindang.

Salsa ber-oh ria. Ia sangat beruntung dibawanya ketempat seperti ini bersamanya untuk pertama kalinya. Salsa awalnya tidak tahu kalau ada tempat seindah ini, apalagi untuk first date. Terlihat sangat mengesankan.

“Aku mau kepang rambut kamu, boleh ngga?” ujar Jergas tiba-tiba.

“Eh? Ehmm—em, boleh k—kok,” ucap Salsa gugup.

“Kok gugup gitu?” ledek Jergas.

“Diem deh.”

Jergas terkekeh, sedangkan yang di depannya menahan malu setengah mati.

Pria tersebut mengeluarkan tissue basah dari kantong celana miliknya, dan membersihkan tangannya.

Merasa ada yang aneh dari Jergas, Salsa pun bertanya, “Kamu ngapain?”

“Bersihin tangan, tangan aku kotor masa pegang rambut secantik itu, nanti rusak,” jelasnya lalu kembali membersihkan tangannya.

“Aku izin pegang, ya?”

“Kalo sakit bilang, biar aku usahain kepangnya ngga sakit,” lanjutnya.

Salsa yang masih tertegun dengan sikap Jergas yang membuat wajah cantiknya itu merah padam, hanya membatu diam seribu bahasa.

Tidak ada respon dari gadis tersebut, Jergas pun menyisir pelan rambut Salsa menggunakan tangannya.

Suara burung serta ikan yang meramaikan suasana dari kedua pasangan tersebut membuatnya merasa ada di dunia tahun 80an.

Pria itu mengepang rambut pacarnya dengan telaten, agar terlihat rapih dan cantik. Sedangkan yang gadis itu lakukan sekarang adalah mengasih makan ikan-ikan, sembari menunggu sang kekasih selesai mengepang rambutnya.

“Kamu sagitarius, ya?” tanya Jergas.

Salsa menggeleng, “Salah, tebak lagi, kalo bener nanti aku kabulin satu permintaan kamu.”

Jergas berdehem seraya memikir, “Aquarius?”

“BENER!! Tebak tanggal berapa?!” seru gadis itu.

“Januari atau februari, nih?”

“Februari!”

Jergas berpikir keras agar tebakannya kali ini tidak akan melesat. “14 februari bukan?”

Salsa menganga tidak percaya, bahwa tebakan Jergas sangat tepat.

“Bener ngga?” tanyanya memajukan kepalanya disamping Salsa.

“Bener…” ucap Salsa melirik mata Jergas.

Jergas tersenyum jahil dan kembali mengepang rambut sang puan yang hampir selesai.

“Kamu mau minta apa?” ujar Salsa.

Kiss,” ucap Jergas tanpa berpikir panjang.

Salsa berdehem canggung saat Jergas mengucapkan kata ‘kiss’ itu. Sementara Jergas menahan tawanya melihat gadis itu terlihat canggung.

Kepangan demi kepangan akhirnya selesai. Jergas menyuruh Salsa untuk berbalik badan menghadap ke dirinya.

You’re so pretty,” puji Jergas saat melihat hasil kepangan-nya yang menambah kesan cantik diwajah Salsa.

Dengan wajah merqh padam Salsa tersenyum senang, “Thank you.

Jergas membalas senyuman itu dan terus menatap Salsa yang terlihat seperti bidadari.

“Jangan liatin aku mulu!” protes Salsa.

“Loh, kenapa?”

“Malu…” ucap Salsa dengan suara kecil.

Jergas yang sudah tidak dapat menahan gemas dengan tingkah Salsa, mengisyaratkan meminta izin untuk mencium lewat kontak mata satu sama lain.

“Boleh?” tanya pria itu.

Salsa mengangguk seraya mengizinkan-nya untuk menciumi dirinya.

Jergas maju 1 sentimeter untuk berdekatan dengan wajah Salsa. Menatap buah bibir yang berwarna peach membuatnya semakin ingin mencobanya.

Tanpa perasaan ragu Jergas mengecup bibir milik sang kekasih yang lama-lama menjadi suatu lumatan-lumatan kecil.

Salsa mengikuti cara Jergas yang menuntunnya larut dalam ciuman tersebut. Walaupun ini ciuman pertama bagi Salsa, yang awalnya membuatnya gugup menjadi candu.

Angin yang berhembus serta burung dan ikan menjadi saksi mereka bercumbu kasmaraan untuk pertama kalinya dengan status yang resmi.