Netflix & Story

Series salah satu drama Korea menjadi pilihan mereka, yang berjudul Bisnis Proposal. Awalnya Gafa menolak keras untuk menonton drama Korea, pikirnya itu terlalu alay. Tapi setelah menonton 2 episode, ia menjadi semakin penasaran dengan kelanjutannya, namanya juga Gafabel.

“Kalau Elle dateng ketemu kamu waktu di kafetaria, pasti kita nggak lagi kaya gini sekarang,” ujar Nora yang sedang tiduran di lengan Gafa sebagai tumpuan bantal.

“Maksudnya?” tanya Gafa tidak mengerti apa yang Nora bicarakan.

“Waktu itu aku nggak mau dateng ke kafetaria. Karena aku takut dijodohin sama om-om, jadi aku suruh Elle dateng sebagai Nora.”

“Tapi ternyata dia puter balik karena lupa ada acara keluarga gitu. Kaya kalau di Bisnis proposal aku sebagai Young Seo, kamu Kang Tae-mu, Elle jadi Shin Ha-ri,”lanjutnya.

“Tapi kalau versi kita Young Seo tunangan sama Kang Tae-mu.”

“IYAAA BENERR!” seru Nora.

“Masa aku dikira om-om, parah banget,” gerutunya sebal.

“KAN AKU AWALNYA NGGAK TAUU!! Lagipula papa sama abang nggak mau kasih tau nama kamu, jadi deh aku mikirnya dijodohin sama om-om.”

“Untungnya bukan Elle yang dateng. Aku mau berterima kasih sama keluarga Elle.”

“Kalau bukan dipaksa bang jaw aku juga nggak mau dateng. Mending aku main sama kak Kenzo,” jelas Nora yang ingin membuat Gafa kesal.

“Aku juga kalau bukan dipaksa ayah juga nggak mau dateng,” ucap Gafa nggak mau kalah. Dikira dia doang yang mau nolak perjodohan ini awalnya, ia juga sama!

“Berarti kamu awalnya nggak tau dong kalau kamu dijodohin sama aku?”

“Nggak.”

Nora ber-oh ria tersenyum puas. Sepertinya Gafa sudah mulai kesal dengan dirinya.

“Kamu pernah nggak berandai-andai?” tanya Nora memandangi wajah Gafa yang sangat serius menonton di layar proyektor.

“Pernah,” jawabnya singkat seraya memainkan rambut helaian Nora.

“Berandai-andai tentang kita?” tanyanya lagi.

“Iya.”,

“Coba dong ceritain,” pintanya.

“Iya, berandai-andai gimana emang,” jawabnya malas.

Ish! Ceritain cepet!!”

Gafa menghela nafasnya, lalu menatap langit-langit kamar Nora. “Aku mau nanti kita hidup berdua jauh dari orang-orang yang mau pisahkan kita.”

“Nanti kita punya rumah yang tamannya luas, ada kolam ikannya, ada piano di ruang keluarga, ada ruang musik juga pastinya. Terus nanti aku mau buatin satu ruangan special buat kamu, dan ada aku di samping kamu.” Gafa tersenyum membayangkan itu semua akan terjadi nantinya bersama Nora. Pasti akan sangat menyenangkan bila bisa seperti itu.

Nora jadi membayangkan jika nanti ia akhirnya hidup bersama Gafa. Pasti hidupnya akan penuh dengan tawa bahagia, ia jadi nggak sabar dengan kelanjutan tentang dirinya dan Gafa.

“Kamu mau bantu aku wujudin mimpi itu nggak?” tawar Gafa menatap netra Nora yang sangat berdekatan.

Nora mengangguk antusias ber-eye contact dengannya. “I wan’t to.”

Gafa menarik Nora dalam pelukannya, memeluknya seakan-akan tidak mau kehilangannya. Ia merasa sangat bersyukur mendapatkan Nora. Mungkin beberapa orang bisa saja menggantikan posisi Gafa, tapi bagi Gafa tak akan ada yang bisa menggantikan posisi Nora di hatinya.

How lucky I am to get you,” ucapnya yang masih memeluk Nora gemas.

Nora tidak bisa berkutik di dalam pelukan Gafa, ia hanya bisa pasrah dan mencubit-cubit pinggang Gafa yang tidak mau melepaskan pelukan ini.

“LEPASIN NGGAK! SESEKK!” omelnya seraya mencubit keras pinggang Gafa.

“Nggak mau! Nanti kabur.”

Ugh! I hate you so much.

I love you more,” katanya seraya mencium-cium wajah Nora yang terhalangi rambut berantakannya akibat ia memeluknya sangat erat.