Macet Sudirman

Rintik-rintik hujan membasahi laki-laki yang sedang berlarian mencari mobil pajero berwarna putih milik Nora. Bodohnya Gafa lupa membawa payung padahal hujan turun deras sore ini, ia hanya menggunakan jaketnya sebagai alas kepala untuk menghindari rintik hujan. Mungkin ia terlalu terburu-buru untuk menemui Nora, dasar bundak cinta.

Tok tok tok

Gafa mengetuk kaca mobil Nora, memintanya untuk segera bertukar tempat.

“Jangan turun, hujan. Pindah dari dalem aja,” katanya saat Nora hendek membuka pintu, dan ia pun mengangguk.

Nora berpindah tempat ke bangku sebelahnya dan Gafa masuk di bangku supir.

“Yah.… Kok hujan-hujanan gini,” lirih Nora khawatir saat melihat Gafa basah kuyup, refleks mengambil handuk kecil yang berada di jok belakang dan mengeringkan rambutnya.

“Nanti sakit flu, suara kamu bindeng nggak bisa rekaman gimana!!?” omelnya tapi Gafa hanya cengegesan.

“Nanti aku dimarahin fans kamu gara-gara nggak jadi rilis lagi!!” masih dengan omelannya dan cengegesan Gafa.

“Kan mereka nggak tau kamu…”

“Oh iya…. IYA INTINYA JANGAN SAMPE SAKIT AJA!!”

Gafa terkekeh, baru kali ini ia melihat Nora marah dan ia memarahinya. “Iya, sayang.”

“Apa tadi kamu bilang?”

“Hah? Nggak. Aku nggak ngomong apa-apa,” sangkalnya, untung Nora tidak mendengarnya jadi malunya masih bisa di tahan.

“Bohong.”

“Itu tadi aku beli sate taichan di jalan. Kamu makan dulu, tadi belum makan ‘kan?” Gafa mengalihkan pembicaraan agar Nora tidak terus membahas yang tadi.

Nora memandangi plastik keresek hitam yang isinya piring rotan beralas kertas nasi dan sate taichan di atasnya. Nora memang sangat lapar tadinya. Bahkan ia sempat ingin meninggali mobilnya dan pergi ke MCD untuk makan sebentar. Tapi sepertinya bukan waktu yang tepat, bisa-bisa ia diamuk oleh warga setempat. Untungnya Gafa sangat peka, sampai-sampai disaat seperti ini ia masih memikirkannya untuk membeli makanan.

“Kok ada piringnya segala?”

“Oh, itu aku minta abangnya biar kamu makannya nggak ribet.”

“Makasih ya? Ayo kita makan bareng.”

“Aku udah makan tadi, kamu aja makan.”

“Ih! Nggak! Makan bareng pokoknya biar kamu nggak masuk angin!”

“Hahahaha, okey.”

Nora tersenyum sambil menyiapkan satenya dari bungkusan kertas nasi, dan menyuapkannya untuk Gafa yang sedang menyetir lalu bergantian dengannya.

“Ini macet kerena apa sih?” tanyanya dengan sate yang masih mengunyah.

“Ada perbaikan jalan di depan, aku liat di jakarta info.”

“Ohhh…. Btw kita kaya orang pacaran ya.”

“Iya, nikah aja yuk.”

“Ngomong sekali lagi gue gampar lo.”

“HAHAHAHHA.”