Jangan Tinggalin Aku

Puluhan karangan bunga berjejer disepanjang koridor rumah duka sebagai tanda penghormatan terakhir kepadanya. Hari ini Papa Nora disemayamkan di rumah duka yang tidak jauh dari rumah sakit. Situasi di sini sempat sangat ricuh karena banyak sekali media yang ingin meliputi tentang kepergian petinggi maskapai penerbangaan di Indonesia, dan terkuaknya bahwa Seinora selama ini putri dari anak Gibran yang disembunyikan media kerena privasinya. Namun, situasi sekarang kembali tenang karena seluruh penjaga bawahan Gibran sudah mengusirnya pergi dan meminta waktu duka untuk sekedar meliputi.

Nora cukup sangat marah. Sepertinya orang-orang tidak paham kalau dirinya ini sedang berduka karena kepergian sang Papa. Namun, media cukup mendesaknya untuk berbicara sepatah dua kata yang berakhir ia membanting kamera salah satu reporter yang membuatnya sangat emosi. Tapi Nora sudah meminta maaf kepada reporter tersebut dan ia mengerti kalau Nora sedang bersedih dan mengucapkan kata-kata semangat.

Netra cantik Nora sangat terlihat menyedihkan. Matanya sangat bengkak dan sorotan matanya sangat teduh tatapan kosong. Keluarga yang datang memberinya belas kasihan dan dukungan agar ia tidak perlu bersedih berkepanjangan. Namun apakah mereka bisa merasai apa yang Nora rasakan sekarang? Ia sebenarnya sangat benci rasa dikasianin, itu membuatnya sangat terlihat lemah dihadapan banyak orang. Tapi untuk kali ini ia harus menerima bahwa dirinya sekarang sedang bersedih dan ia mengakui itu.

Gafa dengan pakaian jas berwarna hitam berlari mengitari rumah duka, mencari-cari sosok perempuannya yang hilang dari pandangannya. Gafa cukup sangat panik takut terjadi kejadian yang tidak mengenakan hatinya terjadi kepada Nora.

“Lo Elle kan? Tau nggak Nora pergi kemana?” tanya dengan nafas yang tidak beratur campur panik yang menjalar di dalam dirinya.

“Di dalam ruangan itu,” ucapnya menunjuk satu ruangan yang tertutup pintu.

Netra Gafa beralih ke pada ruangan itu. Ia memegang knock pintu dengan cepat lalu ketika berhasil membukanya ia membanting pintu dan melihat Nora yang sedang menangis di dalam ruangan gelap sendirian. Gafa menariknya ke dalam pelukan, memeluknya sangat erat membiarkan Nora menangis sepuasnya di dalam sana. Gafa menaruh dagu di atas kepala Nora kemudian mempejamkan matanya, syukurlah Nora tidak pergi kemana-mana.

“Aku cariin kamu…”

“Aku takut…”

“Ada aku di sini, gapapa. Kamu nggak sendirian lagi,” ucap Gafa memberi ketenangan.

“Papa udah nggak ada, Gaf…”

“Hey hey, dengerin aku.” Gafa melepaskan pelukan lalu menangkup wajah Nora yang sedang menangis.

“Papa tetap ada di dalam hati kamu. Papa nggak kemana-mana,” katanya dengan senyuman seraya menghapus buliran air mata yang masih terus menetes membasahi pipi tirusnya.

“Kamu jangan tinggalin aku, ya?” lirih Nora menatap netra teduh Gafa.

Gafa menggelengkan kepala. “Aku nggak akan pernah ninggalin kamu, Nora.” Gafa kembali menarik Nora ke dalam pelukan dan membiarkannya dengan posisi seperti ini sampai tangisan Nora mereda.