Hug

Suasana menjadi sangat sunyi ketika Nora sudah berhenti menangis, kini ia sedang tertidur pulas di dalam pelukannya. Gafa memandangi wajah Nora yang terlihat sangat melelahkan hari ini, ia merapihkan helaian rambut yang menutupi mata Nora agar tidak menganggunya. Sudah hampir seminggu Nora tinggal di apartnya dan keadaan kesehataanya semakin membaik kata dokter setelah check up tadi. Namun, sepertinya tidak dengan kesehataan mentalnya. Nora sekarang jadi gampang sekali menangis, Gafa baru saja tinggal sebentar untuk keluar ke supermarket tapi ia menangis karena tidak mau ditinggal sendirian. Gafa sangat suka kalau Nora menjadi manja seperti ini. Ia jadi membayangkan nanti bagaimana kehidupannya setelah menikah bersamanya. Namun, ia juga jadi ke pikiran beberapa kali lipat untuk meninggalkan Nora sendirian di Jakarta, sedangkan ia harus training pekerjaan di Bandung selama sebulan full.

Gafa merasa tenggorokannya tercekat kerena haus melanda. Ia menyingkirkan lengannya dari kepala Nora, menggantikannya dengan bantal secara perlahan agar Nora tidak terbangun dari tidurnya. Merasa sudah aman Gafa berjalan keluar dari kamar ke dapur untuk minum air putih. Baru saja ia menuangkan air putih ke dalam gelas ia mendengar Nora memanggil namanya dengan isakan tangis. Gafa melupakan niat awalnya untuk minum dan segera berlari menghampiri Nora.

Hey, I’m here, I’m here…,” ucap Gafa memeluk Nora yang sedang menangis duduk dikasurnya.

Tangisan Nora semakin kencang di dalam pelukan Gafa, ia mencengkram pundak Gafa kuat-kuat. “Kamu kenapa? Nightmare?” tanya Gafa dengan nada lembut.

Nora menggelengkan kepala lemah. “Kangen papa…” ucapnya lirih di sela-sela tangisannya.

Gafa sangat memahami kalau Nora ini sangat kehilangan sosok sang Papa. Jadi ia hanya bisa memeluknya memberinya ketenangan di setiap tangisan kerinduannya kepada Papa. Ia juga sering berdoa setiap malam kepada Tuhan untuk Papa semoga berbahagia di atas sana bersama sang istri, dan begitu juga ia mendoakan Nora agar cepat berlarut dari kesedihan ini. Ia sebenarnya juga tidak cukup kuat melihat Nora bisa sehancur ini karena Cassa. Gafa merindukan senyuman dan tawa bahagia Nora.

Merasa Nora sudah tidak lagi terisak menangis Gafa melepaskan pelukannya dan menindurkannya kembali di sebelahnya.

Good night, my princess. Jangan sedih-sedih terus, ya?” ucap Gafa kemudian mengecup dahi Nora pelan sebelum ia kembali berbaring di sebelah Nora untuk menuju alam mimpi.

“Maafin aku…” batin Nora dalam hati.