Hari ini Halingga berkeluarga sedang mengadakan acara tahunan, yaitu kumpul keluarga di rumah milik Galang dan Sarah. Nora yang notabede-nya sudah mengelar marga Halingga di belakang namanya, jadi ia bersama sang suami dan anak gadisnya harus ikut kumpul bersama dengan yang lain di Bandung.

Kini Nora yang sedang hamil 5 bulan kumpul bersama gadis-gadis—saudara Gafa kumpul di ruang keluarga lantai atas, membicarakan tentang skincare, tas-tas branded, hingga ke gosip tentang perselingkuhan yang terjadi di dunia maya. Ini bukan obrolan yang tidak biasa bagi para perempuan saat kumpul bersama. Walaupun awalnya Nora agak kikuk sedikit malu untuk sekedar mengobrol bersama, untungnya saudara-saudara Gafa sangat welcome dan banyak mengajaknya bicara tentang dunia model.

Sedangkan para lelaki sedang berbincang tentang pekerjaan bisnis di area rooftop atas. Gafa dan Alfared ada di sana sebagai anggota baru yang terjun ke dunia bisnis. Jika kalian bertanya kenapa Alfared ikut kumpul di sini? Alfared merupakan saudara jauh dari Halingga berkeluarga. Walaupun ia tidak mengelar marga Halingga di belakang namanya karena sang Bapak bercerai dengan istrinya saat mengandung Alfared, tetapi jasa Bapak Alfared tidak akan terlupakan saat keluarga Halingga berada di kritis ekonomi. Dan beliau sudah tiada saat ini.

“Gizelle sama siapa, Kak?” tanya Aleyyah yang sedari tadi tidak melihat keberadaan sang keponakan.

“Sama mama deh kalau nggak salah,” jawab Nora dengan mata yang mengitari seluruh ruangan mencari keberadaan sang mertua dan anaknya.

“Nah itu dia,” seru Nora melihat Sarah mengendong Gizelle dan Tante Adel yang berjalan bersama.

“Cantik-cantik pada ngobrol apa, sih? Kayanya seru banget,” ujar Sarah duduk di sofa putih dengan Gizelle dipangkuannya.

“Ngomongin tentang dunia model, Tante! Seru banget deh kayanya jadi model. Aku jadi pengen,” ucap Fiona, salah satu saudara Gafa yang masih berkuliah.

Nora tersenyum malu karena kini seluruh mata menatapnya kagum.

“Jangan deh! Mending kamu kuliah dulu yang bener biar jadi wanita *Independent!” sahut Tante Adel dengan ketus.

“Jadi model juga bisa jadi Independent women kali, Bu,” kata Berrly, anak dari Adel dan tunangan Alfared.

“Iya, tapi kerja kantoran lebih baguslah! Daripada jadi model foto seksi.” Adel menatap Nora sinis tidak suka.

Nora diam sejenak dan menggigit bawah bibirnya seraya memainkan cincin pernikahannya yang berada di jemari manis dengan gugup. Ia merasa tersindir dengan ucapan Tante Adel barusan. Memang sepertinya dari penampilannya saja Tante Adel seperti wanita kantor pekerja keras. Sangat berbanding balik dengan dirinya.

“Oh iya, Nora, saya dengar-dengar kamu masih ambil job kerjaan photoshoot gitu, ya?” tanya Tante Adel.

“Iya, Tante, hehehe.”

“Waduuhh?! Emangnya kamu nggak ngurusin suami dan anak kamu? Sampai-sampai kamu ngambil job kerjaan?”

“Buat ngisi waktu luang aja sih, Tante. Itu juga aku nggak ngambil all time kok, cuma beberapa aja,” jawab Nora sebisa mungkin untuk mengurangi rasa harga dirinya di injak-injak di sini.

“Tapi kamu lagi hamil loh? Udah berapa? Lima bukan ya katanya?”

“Iya, memang menantuku lagi hamil anak kedua. Kenapa emangnya?” sahut Sarah tidak senang karena menantunya di jelek-jelekan olehnya.

“Tapi kok itu perutnya kecil, ya? Kamu beneran hamil atau nggak? Mending kamu cek ke dokter deh, takutnya terjadi yang nggak-nggak, kan?” tanya Tante Adel diiringi dengan kekehan.

Seketika jantung Nora berdegup kencang. Ia merasa angin-angin memasuki wilayah matanya sampai memerah. Ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak meneteskannya agar tidak dipandang baperan kepada keluarga Halingga.

“Kak Nora hamil kok! Aku waktu itu nemenin Kak Nora USG, kata dokter anaknya laki-laki!” seru Aleyyah membela Nora.

Tante Adel ber-oh ria lalu tertawa kecil. “Tapi ada baiknya kamu berhenti kerja Nora, apa kamu nggak kasihan sama Gafa? Dia rela berhenti menyanyi demi menafkahi dan menikah dengan kamu! Masa kamu nggak ngurusin Gafa dan meremehkan pekerjaan Gafa sekarang dengan kamu ngambil job foto seksi itu!”

“Bu! Udah! Apaa—“

“Adel! Ambilkan Mama air tolong,” ucap Opung datang dengan kursi roda yang di dorong oleh Geral memotong pembicaraan Berrly tiba-tiba.

“Berrly ambilkan Opung air,” perintah Adel yang sedang emosi seraya memakan kue buatan Sarah di meja.

Berrly hendak bangkit dari duduknya. Namun, Nora bangkit lebih dulu dan memegang pundak Berrly seraya menyuruhnya untuk tetap diam di tempat. Nora berjalan ke arah dapur dengan perasaan yang tidak bisa dikondisikan. Ia marah tapi ia tidak bisa melawan Adel, yang notabede-nya adalah Adik dari Sarah. Mau tidak mau ia harus menghormatinya karena ia salah satu keluarga Halingga.

Nora memegang dadanya. Ia merasa sesak sesaat mengingat ucapan Tante Adel yang sangat meremehkan dirinya. Nora perlahan meneteskan air mata, ia sudah tidak bisa lagi menahannya. Belakangan ini Nora juga sangat cukup sensitif, mungkin karena ia sedang mengandung anak kedua dan mendengar ucapan Tante Adel.

Jadi model juga bukan melakukan hal kotor sampai-sampai ia dibilang tidak mengurusi suami dan anaknya.

Nak, yang sabar, ya? Mami tahu kamu dan Mami kuat.

“Kak?!! Kakak gapapa?” tanya Aleyyah panik menghampiri Nora yang sedang menunggu air terisi di dispenser dengan wajah mendunduk menutupi seluruh wajahnya.

Nora menghapus jejak air mata yang membasahi pipinya seraya merapikan rambut-rambut yang menempel di wajahnya.

“Gapapa kok. Ini tadi aku kelilipan mata aku perih,” ucap Nora dengan senyuman.

Aleyyah menghela nafasnya kasar kemudian mengambil gelas yang sudah terisi air untuk Opung. “Biar aku aja yang nganterin. Kakak istirahat aja di atas, okay?”

“Tapi——“

“Gapapa,” ucap Aleyyah dengan senyuman untuk menenangkan hati Nora.

Nora mengangguk lemas dan beralih menaiki setiap tangga rumah, berjalan memasuki kamar Gafa kemudian membantingnya keras.

Ia di sana menangis sejadi mungkin dengan bantal sebagai alasan agar tangisannya tidak terdengar oleh orang luar.