Happy Wedding Janendra.
Malam hari ini tanggal 22 desember 2021 yang dijadwalkan untuk acara nikahan dari Janendra sang mantan kekasihnya.
Nakeya dan Gibran sudah memasuki area Ballroom tempat acara itu berlangsung. Pernikahan ini bisa dibilang begitu sangat mewah, karena furniture putih dan emas yang bersatu memancarkan kemewahan.
Saat ini pengantin sudah keluar menuju tempat untuk berjanji suci. Janendra mengandeng Ariel dengan rasa tulusnya.
Mereka berhadap-hadapan dengan satu microphone yang digenggam Janendra.
Janendra menatap netra Ariel dalam lalu mengangkat microphonenya gugup, “Atas izin Tuhan saya berdiri disini dengan niat yang baik dan hati yang tulus, ingin mengikat janji suci wanita yang sudah saya sayangi dan cintai, yaitu Ariel Adira.”
“Saya berjanji untuk mencintai Ariel Adira sampai setetes akhir dari darah saya. Dan saya berjanji untuk selalu menemani Ariel Adira disepanjang kehidupannya.”
“Maka dari itu saya, Janendra adiksa meminta izin apakah saya boleh menemani kamu sampai tua nanti?”
Ariel yang sudah menangis haru mengangguk dan mengangkat microphonenya, “Atas izin Tuhan dan restu Mamah Papah, Ariel mengizinkan Janendra untuk menemani Ariel sampai akhir dari kehidupan.”
“Semoga dengan niat baik Janendra ini bisa membawa Ariel menjadi lebik baik dari sebelumnya untuk kita berdua.”
Hadirin yang datang bertepuk tangan meriah begitu terharu dengan pernikahan Janendra dan Ariel malam hari ini.
Sedangkan Nakeya yang hadir bersama Gibran disampingnya meneteskan air matanya. Tidak menyangka bahwa takdirnya bukan lagi Janendra, takdirnya Janendra adalah Ariel bukan dirinya.
Sedih bercampur bahagia saat melihat Janendra memeluk Ariel diatas sana, menangis terharu yang membuat hati Nakeya tidak ada lagi bentukkannya.
Sudah ia relakan kali ini demi kebaikan Janendra bersama Ariel, namun masih saja merasa sakit jika harus begini keadaannya.
Nakeya berlari keluar dari Ballroom, karena sudah tidak sanggup lagi jika harus melihat mereka bersatu dalam ikatan Tuhan.
Dengan dress berwarna putih miliknya, Nakeya berlari ke arah parkiran basement. Menangis tersedu-sedu memegang dadanya yang terasa begitu sakit.
Semesta begitu bercanda kepada dirinya. Sudah cukup rasa sakit yang begitu mendalam, karena harus melihat lelaki yang ia cintai menikah dengan perempuan lain.
Nakeya yang sudah tidak sanggup akhirnya berjongkok menunundukkan kepalanya dalam-dalam agar tangisannya tidak terdengar oleh orang lain.
Gibran yang menyusuli kemana Nakeya pergi hanya berdiri diam melihat kehancuran wanita itu yang sedang menangis kejer. Ia sangat paham bahwa Nakeya membutuhkan waktu untuk menangisi soal takdirnya yang tidak merestui ia dan Janendra.
Setelah 10 menit berlalu melihat Nakeya yang sudah lumayan tenang dan mereda tangisnya, Gibran menghampiri Nakeya dan memeluknya.
Yang dipeluk pun kembali menangis tersedu-sedu dan meremas kemeja milik Gibran. Ia merasa dirinya belakangan ini sangat emosional semenjak memutuskan hubungannya dengan Janendra.
“Janendra nikah, Gib…” ucap Nakeya yang masih menangis di dalam pelukan Gibran.
“Relain mereka berdua bahagia, ya?” ujar Gibran mengelus-elus pundak Nakeya yang masih terus menangis terluka.
“Ngga bisa, Gib. Seharusnya gue yang disana berdiri disamping Janendra…”
Gibran mengangguk paham membiarkan Nakeya terus mengeluarkan emosinya agar lebih tenang.
Lelaki yang sangat Nakeya cintai sekarang sudah menjadi suami dari perempuan lain.
Bahagia selalu buat kamu, Janendra dan Ariel. Semoga dikehidupan selanjutnya kita akan ditakdirkan hidup bersama sampai akhir hayat nanti, aku seneng menjadi salah satu bagian dari lembaran kehidupan kamu.