Confousin
Gadis dengan raut wajah yang terlihat sangat panik setengah mati. Nora bergegas turun dari mobil berlarian menuju administrasi dengan kaki kecilnya.
“Permisi, ingin bertanya. Pasien bernama Gibran Matwous sekarang ada dimana, ya?” tanya Nora kepada salah satu revisionis.
“Pasien bernama Gibran Matwous baru saja masuk ruang rawat inap beberapa jam yang lalu bersama Profesor Ken,” jawabnya ramah.
“Mau ketemu papa, Nor?” ucap pria yang ada disebelah Nora dengan tangan yang sibuk dengan berkas kertas.
Nora yang mendengar suara tidak asing menoleh dengan mata membulat. “Kak…”
“Ikuti saya,” pintanya dingin meninggalkan berkas kertas tersebut di meja revisionis.
Gadis itu sempat mematung dan mengucapkan sumpah serapah di dalam hatinya. Kenapa ia harus bertemu dengannya di saat seperti ini, sungguh menyebalkan.
Dengan kaki yang mulai melemas Nora mengikuti langkah jenjang Profesor Kenzo yang kerap dipanggil Kak Kenzo dulunya oleh Nora. Kak Kenzo sendiri adalah mantan gebetan Nora saat masih berkuliah, Kak kenzo adalah mahasiswa kedokteran dulunya. Sedangkan, Nora ada di manajemen bersama Elle. Nora dapat mengenal Kenzo dari temannya semasa SMA yaitu, Dextar. Rupanya Kakak tingkat dari Dextar itu tertarik dengan Nora saat itu. Namun, tidak ada status pacaran diantara mereka. Mungkin pada masa seperti ini bisa dibilang friendzone. Dan mereka menghentikan hubungan yang berjalan 2 tahun tanpa status apapun karena mulai sibuk dengan urusan masing-masing.
Nora memandangi punggung besar gagah dengan balutan senelli Rumah Sakit pria yang ada di depannya dengan rasa kagum. Ia sangat tidak menyangka dengan perubahan drastis dari dirinya. Dulu Kenzo yang Nora kenal adalah lelaki dengan kantung mata yang tebal, berbadan kurus tinggi, dan berengsek tentunya. Namun, sudah 4 tahun tidak bertemu sapa, semuanya yang ada di dalam diri pria tersebut berubah menjadi lebih dewasa.
Saat sudah memasuki lift yang berisi hanya mereka berdua Kenzo menekan tombol lantai 6 menuju ruangan pasien Gibran Matwous. Suasana canggung tidak ada obrolan diantara mereka, Nora memandangi angka lift yang terus berganti berdoa supaya lift cepat naik langsung ke lantai 6.
“Kabar kamu gimana, Nor?”
“Dextar ada di mana, Kak?”
Sial.
“O—oh, Dextar lagi ngurus IGD. ‘Kan masih koas,” jawab Kenzo memasuki tangan-Nya ke saku senelli.
Nora ber-oh ria dan mengangguk paham.
“Aku baik kok.”
“Hah?” jawab Kenzo bingung.
“Tadi Kak Ken nanyain kabar ‘kan?”
“Oh iya, sama kalo gitu,” ujarnya canggung.
Duh! Kenapa sih gue harus ada disituasi kaya gini.
Tinggg!
Lift terbuka saat sudah sampai di lantai nomer 6, Nora keluar dahulu. Namun, Kenzo tidak mengikuti dirinya.
“Aku nganter sampe sini aja ya? Masih ada urusan lain. Ruangan papa kamu ada di 706, nanti aku mampir lagi nemuin om Gibran.”
“Oh, yaudah gapapa Kak. Makasih ya udah nganterin aku,” ucap Nora.
“Iya sama-sama. Duluan, ya? Dadah.” Kenzo berlambaikan tangan sebelum lift tertutup rapat. Nora juga melakukan hal yang sama.
Setelah lift turun Nora bergegas mencari ruangan 706 dan menemui sang Papa yang sedang dirawat inap.