Basket & Rain.

Setelah mendatangi beberapa cafe dan mencobai berbagai minuman bersama Jergas, Salsa dan Jergas memutuskan untuk balik ke Villa karena hari sudah mulai gelap.

Harsan dan Wawa sudah siap untuk keluar untuk date malam hari ini, sekalian nongki bertemu dengan kawan lama di warung patra.

“Mau ikut ngga, Jer?” tanya Harsan menghampiri Jergas yang sedang mengambil air putih.

“Mau kemana lo malem-malem gini?” tanyanya balik melihat pakaian Harsan dari atas sampai bawah.

“Pacaran lah! Ngapain lagi kalo bukan pacaran,” seru Harsan menepuk pundak Jergas.

“Uhuk! Anjing gua lagi minum!” gertak Jergas kesal.

Harsan tertawa terbahak-bahak melihat Jergas yang kesusahaan untuk minum air untuk menghilangkan batuknya.

“Gua mau ke warpat atas, ikut kaga lo?” ajak Harsan sekali lagi.

“Salsa ikut ngga?”

Harsan berdecak pinggang. “Bucin emang.”

Jergas cengengesan dan mengikuti Harsan yang mau menemui Salsa yang sedang bermain bola basket sendirian dilapangan.

“Sal! Mau ikut ngga ke warpat,” seru Harsan yang dari depan lapangan.

“Ngga ikut, bau rokok disana,” jawabnya yang sedang mendribling bola, tanpa melihat ke arah Harsan dan Jergas.

“Gua juga ngga ikut, San,” timpal Jergas menepuk pundak Harsan dan memasuki lapangan, dengan sepatu yang sudah ia pakai untuk menemani Salsa bermain bola basket.

“Dasar bucin,” desis Harsan lalu pergi meninggalkan mereka dan menemui sang kekasih.


Sudah setengah jam Jergas dan Salsa bermain bola basket bersama. Namun Salsa baru mendapatkan point 8, sedangkan Jergas mendapatkan point 12 untuk kali ini.

Jergas mengambil alih basket yang di tangan Salsa, lalu dibawanya memutari lapangan yang di ikuti Salsa berusaha merebut bola itu kembali.

Nyatanya Salsa tidak bisa mengikuti langkah lebar Jergas dan keburu bolanya sudah dimasuki ke dalam tiang ring oleh Jergas.

“Udah ah! Capek gue,” keluh Salsa ngos-ngosan dan merebahkan diri dilapangan.

Jergas terkekeh lalu mengambil botol minum yang ada dipinggiran lapangan.

“Minum dulu nih,” ucap Jergas seraya mengasih botol minum untuknya.

Salsa terduduk meraih botol minum tersebut dan meneguknya dengan rasa hausnya.

Jergas merebahkan diri disebelah Salsa dan menutup wajahnya dengan tangan kanannya karena silau dari cahaya lampu.

“Nih, ngga mau minum?” tawar Salsa seraya mengasih botol minum di depan wajah Jergas.

“Taro aja disitu, nanti gua minum.”

Salsa mengangguk paham, lalu ikut merebahkan diri disamping Jergas. Melihat bintang-bintang bertaburan dengan cantik membuat Salsa terkagum.

‼️PLAY LAGUNYA‼️

“Liat deh langitnya, bagus banget! Banyak bintang,” ujar Salsa menunjuk langit-langit.

Jergas menyingkirkan tangan yang menutup wajahnya. Benar, langit malam hari ini begitu cantik sama seperti kemarin malam.

The stars is beautiful isn’t it?” ujar Jergas menoleh menghadap Salsa.

Whats means?” tanya Salsa menatap netra Jergas yang sedang menatapnya balik.

I like you.

Salsa membatu saat mendengar perkataan ’I like you’ muncul dari bibir Jergas. Ia sangat tidak mempercayai bahwa Jergas menyukai dirinya.

“Lupain,” ucap Jergas lalu mengalihkan pandangannya ke langit-langit.

“Sejak kapan?” tanyanya.

Since we became acquainted with each other, maybe?” Jergas menghela nafasnya berat. “Sorry…

Sorry for what?” tanya Salsa terkekeh.

“Lo kan lagi suka sama orang lain, tapi gua malah ngomong gini ke lo,” ucap Jergas dengan nada kecewa.

Salsa tertawa sambil memegang perutnya sakit karna tawanya.

“Hadehh, Jer! Mau tau ngga siapa orang yang gue suka 3 tahun itu?”

Jergas menoleh lagi menatap Salsa. “Siapa?”

“Jergas Safiktra namanya, baguskan?!!” seru Salsa yang masih tertawa.

“Lah??!! Serius lo??”

“Iya serius! Hahahaha.”

Mereka mentertawai kesalah pahaman Jergas, bahwa Salsa menyukai seseorang padahal orang itu tidak lain dan tidak bukan ia lah Jergas Safiktra.

“Selama itu, Sal? Kok lo sanggup tanpa bilang ke gua lagi” tanya Jergas bertubi-tubi.

Salsa mengangguk tersenyum, “Namanya juga suka, jadi gue nunggu lo sama Zille putus dulu. Bahkan sampe lo sembuh dengan luka lo.”

Jergas dibuat kagum dengan Salsa yang menyukai dirinya dengan rasa sesabar itu. Bahkan rela menunggunya sampai benar-benar lupa dengan sosok Zille.

“Kalo bisa ngasih jempol seribu, gua kasih deh buat lo, Sal,” kata Jergas disambung dengan tawanya.

“Lebay ah! Biasa aja kali, buktinya gue masih disini. Masih suka sama lo.”

“Kalo udah ngga suka, lo bakal gimana?”

“Bakal kabur lah,” canda Salsa bangkit dari tidurnya berlari ke area lapangan.

Jergas berdiri mengejar Salsa yang sedang berlarian kesana kemari dengan tawanya.

“Sini kejar kalo bisa!” ledek Salsa yang masih berlarian.

“Tantangin nih?”

“Iya! Kalo berhasil nangkep gue dapet hadiah!”

“Apa tuh hadianya?”

“Jadi pacar Salsa!” seru Salsa dibarengi dengan tawanya.

Jergas tersenyum miring, ia merasa tertantang pun berlari mengejar Salsa yang larinya semakin cepat.

Salsa yang kecapekan memperlambat larinya. Karena ia sudah memutari 4x lapangan, namun Jergas belum hasil menangkapnya.

Saat melihat lari Salsa mulai melemah Jergas langsung berlari sekuat tenaga, dan berhasil menangkap Salsa ke dalam pelukannya.

Salsa yang merasa dipeluk dari belakang pun kaget dan memberhentikan langkahnya.

“Udah berhasil di tangkep nih, jadi gimana?” tanya Jergas yang memeluk pundak Salsa dari belakang.

Salsa masih membatu tidak tahu mau ngapain. Jergas melepaskan tangannya dari pundak Salsa, beralih ke depan berhadapan langsung dengannya.

Wanna try be my priority?” ucap Jergas menundukan sedikit kepalanya agar dapat melihat wajah Salsa.

If you want it, put your hand on my shoulder.

Dengan wajah merah padam Salsa menaruh tangannya ke pundak Jergas dengan rasa gugupnya.

And then say…?

I want to be your priority, Jer…”

You got it, Babe…” ujar Jergas gemas lalu membawa Salsa ke dalam pelukannya.

Salsa membalas pelukan itu erat sama dengan rasa senangnya. Akhirnya cita-cita ingin menjadi seseorang yang dicintai oleh Jergas tercapai malam hari ini.

Rintik-rintik air hujan sudah mulai turun membasahi keduanya yang masih berpelukan erat.

Hujan semakin deras, Jergas membawa Salsa ke tepi lapangan untuk berteduh sebentar. Namun Salsa malah berlari kembali ke lapangan dengan senyuman cantiknya mengajak Jergas untuk hujan-hujanan.

“Balik sini, Sal. Hujan, nanti sakit!” perinta Jergas dengan sedikit teriak.

“Sakit sekali aja! Sini kita main hujan-hujanan!” ajak Salsa lompat-lompat kesenengan.

Melihat Salsa yang bersemangat untuk bermain hujan-hujanan, Akhirnya Jergas menurutinya dan mengikuti Salsa untuk bermain hujan-hujanan.

Mereka berdansa dibawah hujan deras, seperti saat di prom malam hari itu. Dengan Jergas yang menuntun Salsa ke dalam langkahnya, Jergas mengangkat tangan Salsa untuk berputar dan Salsa berputar bak princess yang sedang bernari.

“Cantik,” puji Jergas saat mereka sudah sampai dipenghujung tarian dansa.

“*Thank you, Mr. Jergas”