93.
Salsa terbangun dari tidurnya karena mendengar musik begitu keras dari lantai bawah, dan sudah pasti pelakunya adalah Harsan.
Melihat Wawa tidak ada disebelahnya pun pasti Ia sudah ada dibawah bersama dengan yang lainnya. Salsa turun menuruni tangga masih dengan muka bantalnya dah melihat Jergas yang sedang duduk di sofa dengan handphone ditangannya.
Salsa duduk disebelah Jergas dan mengambil bantal sofa sebagai sadarannya dibelakang.
“Baru bangun, Sal?” tanya Jergas mematikan handphonenya saat Salsa duduk disebelahnya.
Salsa hanya mengangguk lemah karena masih terbawa kantuk di dirinya.
“Harsan sama Wawa kemana?” tanya Salsa mengambil remot tv yang ada di meja.
“Ada di depan, lagi ngobrol sama penjaganya”
Salsa hanya ber-oh ria dan mengangguk paham, lalu mempejamkan matanya sebentar karena pusing saat diperjalanan.
“Makan dulu sana, perut lo tadi kosongkan?”
“Nanti aja deh, mager banget gue”
“Tapi makan ya, Sal? langsung makan nasi. Jangan makan yang lain dulu, nanti perut lo sakit” anjur Jergas menatap Salsa.
Salsa yang sadar akan perhatian Jergas kepada dirinya pun terbatuk dengan ludahnya sendiri.
“Iya makan nasi kok, Jergasss. Gue ke atas dulu ya? mau mandi” ucap Salsa bangkit dari duduknya.
“Iya sana, gua juga mau ke Harsan”.
Salsa mengangguk dan pergi ke lantai atas untuk membersihkan diri. Namun saat Salsa memasuki kamar bukannya langsung ke kamar mandi, melainkan yang Ia lakukan guling-guling di kasur sambil teriak-teriak.
“Bunda!! anakmu mau nikah sama Jergas!!!”
Sekitar 15 menit Salsa melakukan aktivitas salah tingkahnya itu, ternyata ada Wawa yang memperhatikan dia di depan pintu kamar sambil menggelengkan kepala.
“Sal!! buruan mandii!!! jangan guling-guling mulu!!”
Salsa yang diteriaki Wawa langsung duduk dan menatap Wawa shock.
“Wa??!! lo dari tadi ngeliatin gue guling-guling!!??”
“Iya lah! mana lama banget, kenapa lu? lagi gila?”
“Hahhh… Nggaa!! ini lagi beresin kasur kok!!” ucap Salsa menaruh bantal kembali semula serta selimut yang jatuh dilantai.
“Nanti aja beresinnya, mandi lu buruan sana!!”
“Ck!! IYA IYAA BAWELL”
Salsa mengambil handuk dan beberapa alat mandi yang Ia bawa dari rumahnya di dalam koper, dan segera membersihkan diri di kamar mandi.
Hanya membutuhkan waktu 25 menit secara keseluruhan Salsa sudah rapih dengan dress hitam miliknya dan turun kebawah karena yang lain sedang bakar-bakar.
“Lama banget lo turunnya, ditungguin Jergas juga dari tadi” ujar Harsan yang lagi pegangin kipas angin ke arah panggangan ayam.
“Nih capitan enak dah kena ke mulut lo, San” kata Jergas mendekatan capitan ke mulut Harsan.
“Iya bos!! ampun bercanda doang…”
“Bener tau, Sal. Tadi Jergas yang nyuruh gua ke atas samperin lu” ujar Wawa menambahkan ledekan.
Salsa menggelengkan kepala menutupkan bahwa dirinya tersipu malu dengan sikap Jergas yang selalu membuatnya salah tingkah.
Mereka menghabiskan waktu bersama dengan memakan ayam yang mereka bakar tadi dan sedikit meminum-minuman alkohol.
Harsan lah yang paling lemah soal alkohol, Ia tidak bisa meminum terlalu banyak tapi Ia memaksakannya untuk malam kali ini.
Perihal yang paling kuat untuk meminum alkohol adalah Jergas. Sungguh Jergas saat ini masih biasa-biasa saja dan menertawai kelakuan Harsan yang menangis merengek ke Wawa.
“Baee, pokoknya nanti kita harus satu kampus!! jangan jauh-jauhan nanti aku kangen kamu gimana” rancau Harsan.
Wawa yang sudah sedikit mabok pun hanya diam dan membiarkan Harsan memeluk dirinya.
Jergas dan Salsa bergidik geli melihat Harsan yang sudah mabok berat tapi masih memaksakan untuk minum lagi.
“Udah, San. Tidur aja sana” Jergas mengambil botol yang mau diteguk oleh Harsan dari tangannya.
“Ayo Jer, bantuin gua gendong dia ke kamar” ucap Wawa membantu Harsan berdiri.
Jergas memapah Harsan disamping kiri dan Wawa disamping kanan. Walaupun Harsan cukup berat tapi akhirnya mereka berhasil meniduri Harsan di kamar.
Setelah memastikan Harsan sudah aman, kemudian Jergas menutup pintu kamar dan Wawa pergi ke kamar sebelah untuk beristirahat.
“Temenin Salsa ya, Jer. Biasanya dia kalo diem gitu lagi banyak yang dipikirin” kata Wawa sebelum menutup pintu kamarnya.
Jergas mengangguk paham, “Iya, Wa. Santai aja gua temenin kok Salsanya”.
Wawa mengasih jari jempol dan menutup pintu kamarnya. Jergas segera berlari turun kebawah untuk menemui Salsa.
Namun saat Jergas melihat ke arah ruang keluarga Ia tidak menemukan Salsa duduk disana. Jergas panik dan mencarinya disuruh ruangan, namun nihil Ia tidak menemukan sosok Salsa dimana-mana.
Sampai akhirnya angin berhembus dan memperlihatkan Salsa berdiri di depan balkon yang tertutup gorden dengan Ia yang sedikit mabuk.
“Hadehh kirain ngilang kemana” kata Jergas menghampiri Salsa yang sedang merenungkan diri.
“Hahaha, panik ya lo” ujar Salsa menoleh ke Jergas yang berdiri disebelahnya.
“Iya, gua cariin ke semua ruangan, taunya disini”.
Salsa terkekeh dan mempejamkan matanya saat angin berhembus menerpa wajahnya.
“Ke dalem aja, yuk? angin malem ini, Sal. Bahaya” ajak Jergas menyuruh Salsa untuk ke dalam, takut Salsa sakit dan Ia juga memakai dress yang tipis.
“Ngga mau, disini enak tau dingin”.
Jergas menghela nafas pasrah dan melepaskan jaketnya dan memakaikannya ke pundak Salsa.
Salsa tersenyum saat Jergas memakaikan jaketnya ke dirinya, “Thank you, Jer”.
Si pemilik jaket hanya mengangguk dan menemani Salsa disebelahnya sampai Ia mau masuk ke dalam untuk beristirahat.
Salsa meringis saat lambungnya kembali kambuh dan menunduk memegang perutnya yang sangat sakit.
“Eh Sal??? Sakit perut??” tanya Jergas panik melihat Salsa memegang perutnya.
Salsa menggelengkan kepala dan merasa asam lambungnya naik ingin mual. Segera Salsa berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi dalam perutnya.
Jergas mengikuti Salsa dibelakangnya untuk memastikan Salsa baik-baik saja.
Di dalam kamar mandi Salsa benar-benar ngeluarkan isi perutnya walaupun hanya ada air dari minuman tadi, dirinya sangat lemas dan tidak bisa lagi untuk berdiri dan perutnya masih terasa sakit hingga sekarang.
“Udah muntahin semuanya, Sal?” tanya Jergas dari pintu kamar mandi.
“Jer… bantuin gue bangun please…” pinta Salsa yang menangis di dalam manahan rasa sakit perutnya.
Langsung Jergas masuk ke dalam kamar mandi setelah Salsa memintanya untuk bantu membangunkan dirinya. Melihat Salsa duduk lemas di depan closet membuatnya takut Salsa akan pingsan.
Segera Jergas mengendong Salsa dan membawanya ke sofa yang sudah dijadikan kasur oleh Wawa untuk tidur.
Jergas menaruh Salsa dengan hati-hati takut Salsa meringis kesakitan dengan perutnya itu. Setelah menidurkan Salsa, Jergas berlari ke dapur dan kamar untuk mengambil air putih dan selimut untuk Salsa.
Ia membawa segelas air putih dan membantu Salsa untuk duduk sebentar.
“Bangun dulu Sal, minum baru tidur lagi”
Salsa hanya mengangguk meminum air putih setengah gelas dan merebahkan dirinya kembali, Jergas menyelimuti Salsa dengan selimut lalu beranjak pergi ke kamarnya untuk beristirahat juga.
“Jer… disini aja temenin…” ucap Salsa saat melihat Jergas mau menaiki tangga ke atas.
Jergas membalikan badan lalu terkekeh, “Gua tidur dimana, Sal nantinya”.
Salsa menepuk tempat disebelahnya untuk Jergas tidur disampingnya, “Di sini”.
“Gapapa gua tidur disebelah lo?” tanya Jergas memastikannya.
Salsa mengangguk, “Mau peluk.. dingin”.
Jergas tersenyum gemas melihat Salsa yang sedikit mabuk meminta untuk menemaninya sambil memeluk dirinya.
Jergas menghampiri Salsa dan memasuki selimut merebahkan dirinya disebelah Salsa dengan tangan sebagai tumpuan bantal.
Salsa tersenyum lalu memeluk Jergas mencium wangi tubuhnya membuat Ia terlelap dengan cepat karena merasa nyaman di dalam pelukannya.
Jergas menggunakan tangan kanannya untuk mengelus-elus rambut panjang Salsa dan tangan kirinya untuk memeluk Salsa erat.
Akhirnya mereka tertidur di ruang tamu dengan TV yang menyala sebagai tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Sedangkan sang dua insan tersebut sudah melalui alam mimpi masing-masing.