92.
Mobil milik Jergas melanjurkan mobilnya ke arah rest area Jagorawi kilometer 34 untuk berisirahat sejenak. Salsa yang sadar Jergas memasuki rest area tersebut menoleh ke arahnya.
“Ngantuk ngga, Jer?” tanya Salsa menatap Jergas.
“Iya ngantuk sedikit, mau beli kopi dulu nih” jawab Jergas memarkirkan mobilnya di depan Starbucks.
Salsa mengangguk paham lalu melihat sekitar rest area dari mobil, ternyata lumayan ramai karena orang berliburan natal.
Setelah memastikan parkiran aman, Jergas menyandarkan kepalanya ke kursi mobil sambil mempejamkan matanya kantuk.
“Tukeran aja tuh sama Harsan, bangunin aja kasian lo capek” saran Salsa melihat Jergas yang kecapekan.
Jergas menghela nafas lalu menatap Salsa, “Iya nanti gua merem dulu 5 menit, lo tidur aja Sal, pasti lo ngantuk juga nemenin gua ngobrol dari tadi”
Salsa terkekeh karena Jergas menyadari soal itu. “Gue keluar ya? mau ke toilet nih”.
“Bareng aja, gua sekalian mau ke starbucks”
“Eh jangan! lo tidur aja, biar gue yang keluar sekalian”
“Gue sekalian cari angin, Sal” kata Jergas dan membuka pintu mobil untuk keluar.
Salsa pasrah dan mengikuti Jergas jalan beriringan mengikuti kaki besar Jergas melangkah.
Ternyata Jergas mengikutinya sampai toilet dan menunggui Salsa sampai keluar dari toilet tersebut.
“Jer, kenapa ngga ke starbucksnya langsung?”.
“Takut lo diculik, Sal” katanya sambil terkekeh.
“Gue bukan anak kecil kali, Jer” ujar Salsa meninggalkan Jergas yang berdiri di depan toilet wanita.
“Eh tungguin gua lah, Cil! bocil!” seru Jergas namun Salsa mengabaikannya.
Jergas lari menyusul langkah Salsa dengan cepat dan mengapai tangannya. Salsa yang merasa tangannya digenggam pun sontak melihat ke arah tersebut.
“Nah ketangkepkan lo, hahaha!”.
“Ck! dibilang gue bukan anak kecil!”
“Lah tadi ada anak kecil ninggalin gue di toilet perempuan lari-lari, bukannya lo?”
“Salah orang kali, Mas? maaf ya”
“Hahaha apaan si!” seru Jergas tertawa dengan tangan yang masih bergandengan sampai masuk ke Starbucks.
Mereka memesan empat minuman, duanya lagi untuk Harsan dan juga Wawa agar saat mengendarai tidak mengantuk.
Jergas dan Salsa sudah masuk ke dalam mobil dan melihat ke arah belakang, bahwa Harsan dan Wawa begitu nyenyak tidur sambil berpelukan. Membuat keduanya malas untuk membangunkannya.
“San! Harsan! bangun nyetir gih!” pinta Jergas menepuk kakinya agar Harsan terbangun dari tidurnya.
“Emhh nanti dulu 5 menit deh” kata Harsan yang enggan untuk bangun dan masih tidur memeluk Wawa yang ada disebelahnya.
“Ish buruan Harsan! keburu malem ini!” kata Salsa mencubit kaki Harsan gemes.
“Ck! Iya iya gw nyetir ini! bae, bangun dulu mau disini apa pindah ke depan?”
Wawa yang ditanya pun membuka matanya kantuk dan segera duduk seperti semula.
“Mau di depan bareng bae”
Harsan dan Wawa bertukeran tempat dengan Jergas dan Salsa yang jadi dibelakang, akhirnya mereka bisa bergantian untuk tidur.
“Kopi tuh minum, gua ngga mau mati disetir sama lo” ucap Jergas yang berada dibelakang Harsan.
“Tenang aja buset, ngga bakal mati santai aja santai tidur aja gitu”
Salsa yang sedari tadi mengantuk tidak ikut bersuara dan mempejamkan matanya untuk masuk ke dalam mimpi.
Mobil sudah keluar dari rest area dan melanjutkan perjalanan menuju Villa milik keluarga Harsan. Menurut google perjalanan ini akan sampai 30 menit lagi dan Jergas memanfaatkan waktu itu untuk tidur sama dengan Salsa yang sudah tepar disamping Jergas.
Salsa yang menyandarkan kepalanya ke pintu sampingnya merasa pusing karena getaran dari mobil yang berjalan, Salsa memutuskan untuk menyandarkan kepalanya ke pundak milik Jergas.
Jergas yang tadinya sedang berusaha tidur pun bangun dengan Salsa yang tiba-tiba bersadar kepadanya. Jergas membenahi duduknya agar Salsa tidur nyaman berada dipundaknya.
Harsan terkekeh melihat keduanya dari cermin mobil, “Lo suka Salsa, Jer?”.
Yang ditanya pun menoleh ke cermin menatap Harsan dari sana.
“Bohong kalo gua bilang ngga suka dia, San” jawabnya kembali menatap Salsa dan mengelus rambut panjangnya.
Harsan terkekeh mendengar jawaban Jergas bahwa Ia memang sesuka itu sama Salsa.
“Tunggu waktu doang dong berarti?” tanya Wawa menoleh kebelakang.
“Iya tunggu waktunya pas aja, karna gua sendiri juga masih mastiin perasaan gua ke dia”
“Pastiin bener-bener, Jer! awas lo nyakitin tuh anak!” tegur Wawa.
“Bapaknya TNI mati lo kalo berani nyakitin tuh anak” kata Harsan menakut-nakutkan Jergas.
“Iya astaga ngga bakal gua kaya gitu anjing, mending lo nyetir yang bener, pusing gua kalo lo bawa mobil ugal-ugalan”.
“Namanya juga mantan pembalap, maklumin aja ya penumpangku semuanya”.
“Pembalap becak juga banyak gaya” canda Jergas tertawa.
“Kurang ajar!!, gw bawa ngebut nanti ketar ketir”.
“Udah-udah nyetir dulu, Bae!!“ omel Wawa.
“Iya sayang, iya”.
Akhirnya mereka telah sampai diperkarangan Villa mewah milik keluarga Harsan yang disambut oleh penjaganya.
“Sampai juga si Aa, kirain bakal ke sini malem” ujar Pak penjaga.
“Ngga Pak, ini juga tadi buru-buru biar ngga sampai sini kemaleman”
“Oh ya sudah kalo gitu, parkir disana aja Aa”
Pak penjaga mengarahkan mobil untuk diparkirkan ke halaman depan disamping lapangan basket.
“Sip sudah terparkir aman!” kata Pak penjaga mengasih jempol dari depan mobil.
“Terima kasih, Pak”.
Harsan mematikan mobil dan melepaskan sabuk pengaman, lalu membangunkan Jergas dan Salsa bahwa mereka sudah sampai di Villa.
“Bangun cepet!! bantuin pindahin barang!”
Salsa terbangun mendengar suara Harsan lalu sadar bahwa Ia tidur disadaran Jergas buru-buru bangun dan mengucek mata.
“Iya sabar anjir gua baru melek” ujar Jergas memutarkan lengannya karena pegal.
“Aduh sorry ya Jer, lo jadi pegel gitu… gue beliin koyo deh, mau ngga??” kata Salsa panik melihat Jergas sepertinya pegal menahan sadarannya.
“Eh, gapapa Sal, ngga pegel kok gue lagi rentangin badan doang” ucap Jergas sengaja bilang Ia tidak pegal, takut Salsa makin merasa bersalah.
“Salsa!! bantuin gua pindahin bahan masak!!!” pinta Wawa dari bagasi belakang.
“Iya sabar!! maaf ya, Jer” kata Salsa masih meminta maaf kepada Jergas.
“Gapapa astaga Sal, jangan ngerasa bersalah gitu kali. Ayo turun pindahin barang-barang”.
“Ayo!”
Mereka berempat memindahkan barang-barang yang dibawa masing-masing. Barang yang mereka bawa tidak terlalu banyak, kecuali barang Salsa dan Wawa.
Seperti perempuan pada umumnya mereka memang selalu bawa barang lebih untuk berjaga-jaga apabila ada yang kurang.
Pukul 18.53 PM mereka semua tepar di kamar masing-masing setelah semua barang sudah ditempatkan ditempatnya.
Salsa dan Wawa berada satu kamar, sama dengan Jergas dan Harsan mereka teman satu kamar. Kamar terletak di lantai 2 Villa tersebut, dibawah hanya ada dapur, ruang keluarga, dan tempat-tempat gazebo lainnya.
Mereka memutuskan untuk beristirahat selama 1 jam saja, karena hawa puncak malam ini sangat dingin membuatnya ingin cepat-cepat tidur dengan nyenyak.