70.
Walaupun telat 30 menit dan acara sudah sampai dipenghujung, namun nama Salsabilla Trashila belum disebutkan.
Ia duduk di kursi belakang karna sudah tidak ada lagi tempat duduk di baris terdepan, Salsa yakin pasti Harsan, Wawa, dan juga Jergas ada di kursi terdepan.
Sengaja Salsa tidak memberi tahu mereka bahwa dirinya sudah tiba disekolah, males untuk mendengar kecerewetan sahabatnya itu.
Guru yang membawa acara kali ini terus memanggil siswa untuk ke atas panggung untuk mengambil sebuah Ijazah, sampailah disaat nama Salsabila Trashila disebutkan untuk menuju ke atas panggung.
Jujur hati salsa tidak tenang sama sekali, campur aduk rasanya. Ia masih berdiam diri enggan untuk berdiri sedikitpun.
Sampailah ada sebuah tangan yang mencubit wajahnya, Salsa sontak melihat ke arah belakang dan menutup mulutnya tidak percaya.
Seseorang yang Salsa sangat harapkan untuk datang diacara kelulusannya ternyata benar-benar datang. Orang itu ialah, Bunda.
“Kok bengong? ayo maju sana, udah di tungguin loh” ujar Bunda menunjuk ke arah panggung.
Salsa tetap diam tidak berkutik, sampai akhirnya Guru itu memanggil namanya sekali lagi.
“Salsabila Trashila, dengan peringkat nomor 3”
Buru-buru Salsa menuju panggung itu berada dan menaiki setiap tangganya dengan hati-hati. Kepala sekolah mengasih Ijazah itu kepada Salsa dan mengucapkan selamat.
“Selamat untuk kamu yang mendapatkan peringkat 3 paralel di angkatan, sukses selalu untuk kamu, Salsa.” ucapan selamat dari kepala sekolah membuat seluruh yang datang ke acara kali ini bertepuk tangan.
“Terima kasih banyak, Pak” ujar Salsa dengan senyuman dan berfoto saat memegang Ijazah dengan gaya candid bersama kepala sekolah.
Harsan, Wawa, dan Jergas segera menghampiri Salsa saat sudah turun panggung dan memeluknya secara bersamaan, namun tidak dengan Jergas.
“Aduh satu-satu dong, sesek gue anjir!!” protes Salsa yang tiba-tiba dipeluk oleh Harsan dan Wawa.
“Salsa huhu… keren banget sahabat gua” kata Wawa terharu.
“Salsa lain kali kalo mau sharing otak bisa ke gw, gw open banget kok” canda Harsan yang langsung di injek kakinya oleh Salsa.
“Akhh, sakit anjing” eluh Harsan.
“Lagian bae ih! orang lagi terharu juga!” omel wawa, namun Harsan hanya cengengesan.
“Tau tuh! omelin Wa!” kompor Salsa.
Jergas mendekati diri ke arah Salsa dengan sebuah bucket bunga yang ada di tangan kanannya.
“Selamat, Sal, lo emang deserve buat dapet ini” ucap Jergas sambil mengasih bucket bunga tersebut ke Salsa.
Salsa tersenyum dan mengambil bucket bunga tersebut, “Thank you, Jer”.
Jergas ikut tersenyum, sedangkan Harsan mengisyaratkan Jergas untuk memeluk Salsa, Jergas mengerutkan alis tidak mengerti apa yang dimaksud Harsan.
“Peluk dong Salsanya!” seru Harsan dengan senyuman meledek.
“Peluk ucapan selamat, Jer! gitu aja ngga ngerti!” sindir Wawa yang ada disebelah Harsan.
“Ih apaan si! kompor banget lo—“
Harsan mendorong Jergas yang ada di depannya dan jatuh ke pelukkan Salsa.
Salsa sontak membelalakkan matanya saat Jergas sontak memelukknya. Jergas kaget langsung melepaskan pelukkannya.
“Sorry, Sal” ucapnya malu karna banyak yang memperhatikan keduanya.
“Gapapa, emang rese banget si Harsan!”
“Sini lo nyet! mati lo ditangan gua!” seru Jergas mengerjar Harsan yang lari ke lapangan luar.
Wawa dan Salsa hanya menggelengkan kepalanya, tidak heran lagi mereka memang seperti Tom and Jerry.
“Cie cie, abis dipeluk siapa tuh” ujar Bunda menghampiri bersama tante Farrah.
“Calon pacarnya Salsa, Bun!” kata Wawa dan langsung mendapatkan tatapan sinis dari Salsa.
“Udah gede ya, Adik? ngga kerasa selamat ya cantik!” ujar tante Farrah mengasihkan bucket bunga.
“Udah dong, anak gue ini!” seru Bunda memeluk Salsa.
“Terima kasih Bunda dan tante Farrah yang udah mau dateng, aku kira kalian ngga mau dateng ke sini….” ucap Salsa sedih.
Bunda tersenyum dan mempererat pelukannya. “Kewajiban dong! jadi harus dateng, anak Bunda sudah dewasa. Hebat! selamat nak”.
Tante Farrah dan Wawa ikut bergabung memeluk Salsa terharu.