68
Saat ini Salsa sudah berada dimobil milik tante Farrah yang disupir oleh suruhannya. Tante Farrah adalah adik dari bundanya yang bernama Tayya Trashila, Tante Farrah lah yang selalu menggantikan posisi bunda jika sedang berhalangan, seperti saat ini.
Bukan sekali duakali bunda seperti ini, memang selalu begini disaat Salsa benar-benar membutuhkan sosok Bundanya. Sedih? jelas sedih, namun ia sangat mengerti mungkin Bunda sangat sibuk di Rumah Sakit. Dan begitupun juga Ayah yang sedang berdinas jauh.
Terkadang merasa tidak enak dengan tante Farrah yang selalu menemaninya, padahal Ia bukan lah orang tua kandung, melainkan hanya tantenya sendiri.
Farrah yang menyadari Salsa meneteskan air matanya segera memeluknya yang ada disampingnya.
“Ayo nangis aja dipelukan Tante” ujar tante Farrah mengelus-elus punggung Salsa sebagai penenang.
Tangisan yang sedari tadi Ia tahan akhirnya pecah juga di dalam pelukan hangat dari Tante Farrah. Rasa sakit kepala karena menangis semalaman muncul kembali, ditambah dengan rasa sakit hati yang merasa dirinya tidak terlalu penting bagi orang tuanya sendiri.
“Tan, aku emang ngga sepenting itu ya dimata mereka?” tanya Salsa disela tangisannya.
“Penting kok sayang, kamu ‘kan putri kerajaan mereka masa ngga penting?”
Tangisan Salsa semakin menjadi-jadi, rumit untuk menahan semua rasa ini. Yang hadir hanya kesepian yang ada di dalam kehidupannya, Teman? entahlah, Salsa hanya membutuhkan sosok warna di dalam isi rumahnya.
“Buang-buang tentang fikiran itu ya? kamu penting buat Bunda dan Ayah kamu, cuma untuk saat ini pekerjaan mereka tidak bisa disampingkan untuk menghadiri kelulusan kamu” lanjutnya.
Salsa melepaskan pelukan itu dan menatap netra Tante Farrah, “Tapi emang selalu begitukan? mereka ngga bisa mempersampingkan pekerjaan mereka buat aku, Tan!” suara intonasi Salsa meninggi karna kelewatan emosional.
“Aku yang selalu ngertiin mereka, tapi mereka ngga pernah ngertiin perasaan aku!”
“Pak, berhenti dulu” pinta Tante Farrah untuk menenangkan Salsa sejenak.
Salsa membuang mukanya ke arah jendela mobil dan memilih untuk melihat mobil lalu lalang dari pada melihat muka Tante Farrah.
Ia tahu ini sudah kelewatan, tidak seharusnya Salsa seperti ini kepada Tante Farrah yang kena imbas emosinya. Namun untuk kali ini Ia sudah tidak bisa menahannya lagi, Salsa hanya ingin dimengertikan balik oleh kedua orang tuanya.
“Ayo keluarkan semua yang kamu pendam sendirian kali ini, keluarkan semuanya. Bilang sama tante” ucap tante Farrah yang sengaja menyuruhnya mengeluarkan unek-uneknya selama ini, gunanya untuk membuat hati Salsa agar lebih sedikit lega.
“Tan, rumah hampa tanpa adanya mereka. Aku kangen Ayah sama Bunda” kata Salsa masih dengan memandang jalanan dengan air mata turun deras wajahnya.
Tante Farrah hanya diam dan mengangguk paham mendengarkan Salsa.
“Hidup aku ngga berwarna tanpa ada mereka disetiap hari-hari pagiku, ngga ada sarapan yang bunda buat untuk aku. Melainkan sarapan yang dibuat oleh bibi Hasnah yang ada disetiap paginya”.
Tante Farrah masih mendengarkan Salsa, lalu mengelus-elus rambutnya secara pelan-pelan.
“Tan, aku takut kesepian…”
Tangisan Salsa semakin mengeras namun Ia menahannya dengan menutupkan mulutnya dengan tangannya.
Farrah yang melihat betapa hancurnya Salsa yang meranjak dewasa tanpa hadirnya orang tua disaat Ia sangat membutuhkannya itu sangat tidak tega.
Dibawanya lagi Salsa kepelukannya dan Farrah ikut menangis tanpa Salsa sadari. Siapa yang tidak sedih jika keponakannya ini begitu kesepian dari kecil hingga sekarang.
“Tan, aku takut…” rintih Salsa dipelukan Farrah.
“Sstt, ada aku disini. Tante ‘kan selalu ada disamping kamu”
Salsa hanya mengangguk sebagai responan, tidak sanggup untuk berkata-kata lagi. Hatinya sudah cukup hancur sekarang.
“Maafkan mereka ya, Sal? Tante tahu mereka cukup jahat dimata kamu, tapi ada saatnya nanti kamu akan mengerti”
Salsa tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Tantenya. “Apa lagi yang perlu dimengerti?”.
Merasa Salsa sudah cukup tenang, Farrah melepaskan pelukannya dan mengulang kembali makeup yang Salsa bikin tadi pagi.
“Ayo hadap sini dulu, Tante makeup ulang semuanya biar lebih cantik” ucapnya membujuk Salsa.
Salsa menghapus air mata yang masih mengalir, dan hanya pasrah menyerahkan wajahnya kepada tantenya. Disela itu Salsa membuka handphonenya, banyak notifikasi dari Harsan, Wawa, dan juga Jergas.
Tidak ada satupun pesan yang Ia balas, karena malas untuk menceritakan kornologi yang terjadi tadi. Ia hanya mengirim pesan ke Bunda.
Hanya membutuhkan waktu selama 15 menit untuk make over Salsa untuk kembali menjadi cantik seperti tadi pagi.
“Selesai deh, senyum dong biar nambah cantik”
Salsa tersenyum lalu terkekeh, “Maafin aku ya, Tan? maaf suka ngerepotin”.
Tante Farrah hanya menggeleng, “Jangan minta maaf, itu memang sudah kewajiban Tante ke kamu, Salsa” katanya dan tersenyum.
Salsa kembali memeluk Tante Farrah, sembunyi di dalam pundaknya.
Dibalasnya pelukan itu erat, dan mengelus-elus kepala Salsa. Farrah paham betul Salsa saat ini sangat membutuhkan pelukkannya.
“Pak, jalan kita sudah telat 30 menit”.
Pak supir kembali menyalakan mobilnya dan menuju ke sekolahan Salsa.